Skip to main content

Kriteria Buku Yang Akan Dibeli


Honestly aku predator buku, makanya aku senang untuk membeli buku. Tiap kali ke Gramedia, rasanya ga bisa menahan diri untuk membawa satu, dua, ato beberapa buku dari sana dan memindahkannya ke rak yang ada di kamarku.
Bahkan kemarin lusa pun, sepulang dari acara dinner bersama teman kuliah di PIM, aku mampir ke Gramedia. Warning yang uda disetting sebelumnya “Jangan membeli buku dulu sampe yang di rumah kelar dibuka bungkusnya dan dibaca semua!” menguap begitu aja. Dan aku menggesek kartu debit untuk biaya pindahan dua buah buku dari sana ke kamarku. Great -_-.
Aku termasuk pemilih soal buku yang mau aku beli. Mungkin bakal ada yang bilang bahwa don’t judge a book by its cover, but i can’t ^^, sorry.
Hal-hal berikut ini yang biasanya menjadi pertimbanganku dalam memilih buku yang akan aku beli:
  1. Judul. Ya, judul buku harus menarik keingintahuanku untuk lebih menyelami lembaran-lembaran yang tertulis di dalam buku itu. Judul yang menarik ini bisa menghentikan pandangan mataku dalam menyortir deretan buku yang terpampang di rak-rak toko buku. Kalo ga menarik, lewat. 
  2. Cover. Yap, desain cover juga mempengaruhi penilaianku. Karna desain ini kadang juga sebagai interpretasi karya yang ada di baliknya, lembaran-lembaran yang menanti untuk dibaca, dan juga orang-orang yang terlibat dalam proses kreatif pembuatan buku itu. Dari cover (skali lagi ini menurutku), aku bisa membayangkan apakah mreka profesional, kreatif, niat dalam menerbitkan buku tsb atau sebaliknya, menerbitkan buku cuma untuk mengumpulkan koin-koin dan memanfaatkan genre yang lagi ngetop saat itu. 
  3. Penulis. Ada beberapa karya penulis yang memang aku patok “I must have their books”. Karna menurutku, mau ga mau nama penulis ini juga menjadi jaminan mutu dari karya-karya yang mereka buat. 
  4. Kertas. Yap, jenis kertas yang digunakan untuk mencetak tulisan-tulisan itu. Aku ga suka membaca tulisan dari sebuah buku yang dicetak di atas kertas yang warnanya plain putih. I hate it, bikin mataku sakit dan ga ada sensasi elegannya ketika jemariku membuka lembar demi lembarnya. Ga jarang sebagus apapun judulnya, tapi kalo tipe kertasnya aku ga suka, aku ga akan membeli buku itu. Norak? Hihihi, yang penting aku menikmati saat membaca buku itu bukan? 
  5. Ketebalan buku. Aku ga suka membaca buku yang terlalu tebal. Karna aku akan membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya, dan aku terlalu naif untuk mengartikan bahwa buku yang tebal itu tidak ditulis dengan plot yang berbelit-belit. Buku paling tebal yang pernah aku beli adalah Harry Potter series ^^. 
  6. Bau. Believe it or not, aku suka mencium bau kertasnya dulu sebelum aku memutuskan untuk membelinya atau tidak. Karna ada beberapa buku yang kertasnya “berbau tak sedap” dan tak akan menutup kemungkinan untuk menimbulkan sakit kepala saat membacanya. Jadi lebih baik aku membeli buku yang baunya ga bikin pusing. 
Masalah harga, aku ga seberapa peduli. Selama aku berhasrat untuk membelinya, harga ada diurutan ke sekian, kecuali kalo aku emang lagi ga punya duit dan ada prioritas lain yang lebih penting.

Comments

Popular Post

Tata Guna Lahan Berkelanjutan Untuk Memaksimalkan Dampak Dana Desa

"Pencapai Dana Desa selama ini masih memerlukan penyempurnaan. Tugas kita merencanakan, mengelola, dan mengawal Dana Desa ke depan akan semakin berat." -Sri Mulyani Indrawati Sesuai dengan tujuannya untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan ekonomi yang inklusif dan adil, Indonesia berkomitmen untuk menghindari deforestasi. Karena penyebab deforestasi sering berasal dari kegiatan di luar batas hutan, tidak cukup untuk menyelesaikan deforestasi dengan melakukan aksi-aksi terpisah yang ditujukan untuk kawasan hutan tertentu. Indonesia juga harus bekerja untuk memperkuat ekonomi pedesaan dan meningkatkan kerja sama regional dengan bekerja di berbagai yurisdiksi administratif yang mencakup tata kelola hutan. Untuk memastikan keberhasilan pendekatan yurisdiksi ini, peningkatan kekuatan ekonomi dan pemerintahan desa adalah kuncinya. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah membuat banyak perubahan kebijakan fiskal untuk meningkatkan ekonomi pedes

Economic Growth in Indonesia: An Assessment

Quality economic growth seems to be a mantra that must be uttered by policymakers and academics in every seminar on economic development in Indonesia. The characteristics of quality economic growth are high, sustainable growth and creating jobs. Based on data from the Economic Outlook for Southeast Asia, China and India 2019: Towards Smart Urban Transportation , it shows that Indonesia's economic growth projection is 5.3%. Higher than Malaysia, which is projected to grow by 4.6%, Thailand 3.7%, and Singapore 2.7%. Moreover, in the past decade, Indonesia's economic growth has been relatively stable at 5% per year and is among the highest in the world along with China, Brazil, India, and South Africa.  However, the question is whether Indonesia's economic growth is enjoyed by most Indonesian people? How is the distribution of economic development growing bigger, both individually and regionally? The answer to the question above does not seem to be encouraging. The trend o

Family Visioneering

Anak adalah buah hati dan harapan masa depan. Anak walaupun tidak jadi kelanjutan orangtuanya dalam profesi bahkan bakat atau kecenderungannya, tetapi anak adalah kelanjutan orangtua paling tidak dalam namanya karena anak dalam menyandang nama orangtua, bahkan anak adalah kelanjutan orangtua dalam sukses yang diraihnya karena sukses seorang anak pada hakikatnya bukan sukses sang anak pribadi, tetapi sukses orangtuanya yang mendidik, mengarahkan. Dan mengembangkan bakatnya. Demikian juga sebaliknya, kegagalan anak dapat dinilai sebagai kegagalan orangtua, karena pada hakikatnya tidak ada anak yang menjadi sumber kesalahan tetapi orantuanyalah yang salah dalam mendidik dan memberi bekal lisan, tulisan atau keteladanan yang keliru.  Hakikat diatas bukan saja diakui oleh penganut teori Tabularasa yang menggambarkan anak sebagai kertas putih yang belum bertuliskan, tetapi agama Islam pun mengakuinya kendati Islam tidak menganut teori itu. Rasul Islam-Nabi Muhammad SAW menegaskan bahw