Skip to main content

Indonesia - Amerika Serikat - dan Dunia Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu komponen penting dalam pembangunan suatu negara. Pendidikan juga sebagai indikasi dan rujukan maju dan berkembangnya suatu bangsa serta menjadi gambaran Sumber Daya Manusia di negara tersebut. Bagaimana dengan Indonesia?? patut lah kita bangga pada remaja-remaja kita yang berhasil menembus kompetisi internasional bahkan beberapa meraih medali , penghargaan dan menjadi juara umum. Hebat? ya, seandainya seluruh remaja mendapat hak pendidikan yang sama dan merata hingga seluruh pelosok nusantara sesuai dengan yang termaktub dalam UUD 1945 bisa dibayangkan betapa kuat dan berpengaruhnya Negara kita. 
Namun, kita tidak bisa menutup mata bahwa sampai saat ini kualitas pendidikan di negara kita sangat rendah, berdasarkan data yang dikeluarkan PBB melalui badan nya yaitu UNESCO dengan perbandingan Education Development Index (EDI), bahwa Indonesia bertengger di posisi 62 dari 130 negara. Hemm, jangan dulu kita membandingkan pendidikan kita dengan kawasan asia lainnya, eropa, terlebih-lebih Amerika. Cukup kita mengintip ke negara tetangga. siapa sangka Vietnam, philipines, dan brunei darusalam berada di atas kita, sementara itu thailand, Singapura dan malaysia semakin melejit di posisi atas dunia pendidikan. Dan kini, dunia pendidikan kita disetarakan dengan negara myanmar, kamboja dan laos? miris?? 
YA, lalu apa yang mesti kita perbuat sebagai generasi penerus bangsa? hanya mengkritisi? atau hanya sebagai penonton dan menungu waktu untuk meyaksikan rapuh dan runtuhnya pendidikan kita? TIDAK ! kita harus berbuat sesuatu, jangan berfikir kita harus demo di gedung DPR/MPR , membuat spanduk2 dan meneriaki pemerintah saja ! tapi berbuat sesuatu meskipun hal kecil itu jauh lebih bermakna dan bermanfaat. Oleh karena itu ,kali ini gua akan mengulas dan mengulik dari A – Z tentang Oscar F. Smith high school, Chesapeake, VA, United States (dimana gua mendapat kesempatan untuk bersekolah disini) dan mencoba membandingkan dengan SMA di Karawang, Jawa Barat (sekolah gua tercinta di Karawang). tujuan nya sih pengen ngambil nilai positif dari perbandingan ini demi menciptakan sistem dan kondisi pendidikan indonesia yang stabil, berwawasan global dan berkualitas internasional sehingga diharapkan lulusan nya dapat bersaing di dunia internasional. semoga bisa jadi referensi kita semua untuk terus berkarya dan memperbaiki sistem pendidikan di negara kita tercinta yaa.

Sang Guru
Center of attention! Yep, kalimat ini tampaknya masih berlaku di indonesia sementara itu Amerika sudah lebih jauh meningalkan sistem tersebut. disini, Guru bukanlah pusat perhatian kelas melainkan fasilitator di dalam kelas justru muridlah yang harus berperan aktif dalam kelas. Di indonesia, kita masih menemui banyaknya jam kosong alias ga da ada guru nya. Terlebih sang guru tidak ada kabar entah kemana atau hanya meningalkan setumpuk tugas untuk para siswanya. 
Disini amat berbeda, gua belum pernah nemuin ada guru yang ga masuk sekolah atau hanya sekedar meningalkan tugas loh! jangankan ga masuk sekolah, telat masuk kelas aja, sang guru pasti meminta maaf dan bilang ‘im really sorry kids !’, tpi jangan membayangkan guru disini telatnya kyk di indo, rata2 mereka semua ontime atau sudah stay di kelas sebelum jam pelajaran di mulai. Ini sangat berbeda dengan di indo, sang guru sebagian hanya masuk di jam-jam terakhir saja atau masuk kelas hanya untuk mengecek tugas yang diberikan sudah selesai apa belum trus dilanjutkan dengan agenda marah-marah demi menunjukan keprofesionalisan sang guru tersebut. 
Di samping hal hal kecil tersebut ternyata ada faktor yg lebih penting yaitu style sang guru mengajar!. ternytaa ini adlah faktor penting dan menentukan juga loh . wajar bgd gua dan murid lainnya ga ngerasa bosen sekolah disini, why? ga ada tuh yang namanya guru marah-marah, maki-maki muridnya, atau ceramah panjang lebar yg ga ada ujungnya, ngasih hukuman apalagi main fisik. NO!! disini semua suasana di bawa have fun! Masing2 guru punya style dan teknik mengajar yang beragam. 
Guru ekonomi dan comparative religion rocker abis, dia adalah satu dari sekian banyak anggota “ride bikers” bisa di bayangkan penampilan nya kan? rambut gondrong, bewokan, piercingan dan gayany cool bgd. style ngajar yg santai bgd, boleh makan minum, tapi tetep konsentrasi dalam peljaran, guru ini di kenal dgn nama “guru 1001 slide” karena klo ngajar pasti pake power point dgn slide yg bejibun dan anehnya gua ga boring karna slide nya creative ada gambar2 di setiap slide, selingan video dan juga kutipan2 yg ngena dan lucu bgd. 
Lain lagi dengan guru youth n law, sang guru tampak selalu mengunakan busana yg minim aka sexy, for example, dia selalu make tank top, dan celana selutut. Klo ngajar pasti ngibas-ngibasin rambutnya yg lumayan harum dan baru di rebonding deh kyknya. Cara dia narik minat kita belajar gini, klo kita bisa jwb pertanyaan dia atau aktif di disscus times pasti dia ngasih kita cokelat atau permen gitu, hahaha. Nelson, yep ini nama guru application physisc and chemiestry, gua dan murid lainnya cukup mangil nelson aja tanpa embel2 ‘MR’ dan beberapa guru juga ad yg bgtu. Berdiri dan berjalan2 di atas meja adalah cirikhas nih guru, membuat jokes2 di awal kelas adalah kebiasaan nya. Seru parah deh kelasnya. Gimana cara guru di indo mengajar ? anda pasti sudah bisa menjawabnya kan ? jika kita membicarakan guru di indo, bisa diperkirakan pembicaraan berkutat antara super disiplin, tuh guru ngomel mulu, tuh guru masuk klas ngasih tugas doank, remed tiada ujung bahkan tuh guru porno bgd yee :p. hemmmm..... (geleng-geleng kepala).

Comments

Popular Post

Tata Guna Lahan Berkelanjutan Untuk Memaksimalkan Dampak Dana Desa

"Pencapai Dana Desa selama ini masih memerlukan penyempurnaan. Tugas kita merencanakan, mengelola, dan mengawal Dana Desa ke depan akan semakin berat." -Sri Mulyani Indrawati Sesuai dengan tujuannya untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan ekonomi yang inklusif dan adil, Indonesia berkomitmen untuk menghindari deforestasi. Karena penyebab deforestasi sering berasal dari kegiatan di luar batas hutan, tidak cukup untuk menyelesaikan deforestasi dengan melakukan aksi-aksi terpisah yang ditujukan untuk kawasan hutan tertentu. Indonesia juga harus bekerja untuk memperkuat ekonomi pedesaan dan meningkatkan kerja sama regional dengan bekerja di berbagai yurisdiksi administratif yang mencakup tata kelola hutan. Untuk memastikan keberhasilan pendekatan yurisdiksi ini, peningkatan kekuatan ekonomi dan pemerintahan desa adalah kuncinya. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah membuat banyak perubahan kebijakan fiskal untuk meningkatkan ekonomi pedes

Economic Growth in Indonesia: An Assessment

Quality economic growth seems to be a mantra that must be uttered by policymakers and academics in every seminar on economic development in Indonesia. The characteristics of quality economic growth are high, sustainable growth and creating jobs. Based on data from the Economic Outlook for Southeast Asia, China and India 2019: Towards Smart Urban Transportation , it shows that Indonesia's economic growth projection is 5.3%. Higher than Malaysia, which is projected to grow by 4.6%, Thailand 3.7%, and Singapore 2.7%. Moreover, in the past decade, Indonesia's economic growth has been relatively stable at 5% per year and is among the highest in the world along with China, Brazil, India, and South Africa.  However, the question is whether Indonesia's economic growth is enjoyed by most Indonesian people? How is the distribution of economic development growing bigger, both individually and regionally? The answer to the question above does not seem to be encouraging. The trend o

Family Visioneering

Anak adalah buah hati dan harapan masa depan. Anak walaupun tidak jadi kelanjutan orangtuanya dalam profesi bahkan bakat atau kecenderungannya, tetapi anak adalah kelanjutan orangtua paling tidak dalam namanya karena anak dalam menyandang nama orangtua, bahkan anak adalah kelanjutan orangtua dalam sukses yang diraihnya karena sukses seorang anak pada hakikatnya bukan sukses sang anak pribadi, tetapi sukses orangtuanya yang mendidik, mengarahkan. Dan mengembangkan bakatnya. Demikian juga sebaliknya, kegagalan anak dapat dinilai sebagai kegagalan orangtua, karena pada hakikatnya tidak ada anak yang menjadi sumber kesalahan tetapi orantuanyalah yang salah dalam mendidik dan memberi bekal lisan, tulisan atau keteladanan yang keliru.  Hakikat diatas bukan saja diakui oleh penganut teori Tabularasa yang menggambarkan anak sebagai kertas putih yang belum bertuliskan, tetapi agama Islam pun mengakuinya kendati Islam tidak menganut teori itu. Rasul Islam-Nabi Muhammad SAW menegaskan bahw