Skip to main content

Diantara Tumpukan E-mail

Ga tahu kenapa, hari ini aku pengen bersih-bersih inbox email lamaku.
Aku adalah pengguna email dengan memanfaatkan akun di Yahoo! Mail. Walau diberikan kapasitas unlimited space, tetapi rasanya jika email terlalu banyak ya semak juga. Akhirnya kuputuskan hendak bersih-bersih email yang menumpuk.
Sebelumnya, aku sudah mencoba menerapkan sistem folderisasi untuk mendata email. Email yang dikirimkan oleh email-email tertentu secara otomatis akan masuk ke folder yang sudah aku setting. Misal, email-email notifikasi bahwa ada member baru yang mendaftar dilayanan web hostingku akan masuk ke dalam folder Customer Hosting.
Ternyata, dari email-email lama itu aku merasakan semacam dejavu. Semacam nostalgia tentang aku yang dulu. Ada beberapa email dari mereka yang penasaran dengan blog ini, merasa kisahnya sama denganku lantas mengirimkan email. Ada yang menyukaiku, dan lain sebagainya. Dan ada beberapa petikan surat-menyurat antara aku dan bidadari, dulu, jauh sebelum dia menikah.
Jika diingat kembali, rasanya masa lalu itu seperti sebuah lelucon. Ingin tertawa, namun adakalanya membuat menangis tersedu-sedan. Satire pun melingkupi. Dari email-email yang dulu itu, aku entah mengapa seperti berkesimpulan bahwa sepertinya bidadari itu pernah jatuh cinta juga terhadap diriku. Walau aku tetap memegang teguh rasio yang selama ini aku pegang: dia tidak pernah seperti itu.
Di sana juga ada email dari kaskus. Ternyata aku menjadi anggota kaskus pada tahun 2007. Wow! Padahal kalau dilihat postinganku di kaskus, paling di bawah 200 postingan, itu pun cuma ucapan terima kasih, dan sebagainya.
Di sana juga masih tersimpan beberapa percakapanku dengan orang-orang aneh. Entah mengapa, saat dulu aku bercakap demikian, aku sama sekali tidak pernah merasa aneh. Sekarang saja jika aku baca, rasanya aneh sekali.
Tingkat emosional, cara mengolah kata dan bahasa juga kadang membuatku tertawa. Aku yang dulu teramat begitu polos.
Di sana juga masih tersimpan beberapa attachment foto-foto yang dikirimkan kepadaku.
Ah, kenangan adalah kenangan. Masa depan adalah penentuan.

Comments

Popular Post

Tata Guna Lahan Berkelanjutan Untuk Memaksimalkan Dampak Dana Desa

"Pencapai Dana Desa selama ini masih memerlukan penyempurnaan. Tugas kita merencanakan, mengelola, dan mengawal Dana Desa ke depan akan semakin berat." -Sri Mulyani Indrawati Sesuai dengan tujuannya untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan ekonomi yang inklusif dan adil, Indonesia berkomitmen untuk menghindari deforestasi. Karena penyebab deforestasi sering berasal dari kegiatan di luar batas hutan, tidak cukup untuk menyelesaikan deforestasi dengan melakukan aksi-aksi terpisah yang ditujukan untuk kawasan hutan tertentu. Indonesia juga harus bekerja untuk memperkuat ekonomi pedesaan dan meningkatkan kerja sama regional dengan bekerja di berbagai yurisdiksi administratif yang mencakup tata kelola hutan. Untuk memastikan keberhasilan pendekatan yurisdiksi ini, peningkatan kekuatan ekonomi dan pemerintahan desa adalah kuncinya. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah membuat banyak perubahan kebijakan fiskal untuk meningkatkan ekonomi pedes...

Economic Growth in Indonesia: An Assessment

Quality economic growth seems to be a mantra that must be uttered by policymakers and academics in every seminar on economic development in Indonesia. The characteristics of quality economic growth are high, sustainable growth and creating jobs. Based on data from the Economic Outlook for Southeast Asia, China and India 2019: Towards Smart Urban Transportation , it shows that Indonesia's economic growth projection is 5.3%. Higher than Malaysia, which is projected to grow by 4.6%, Thailand 3.7%, and Singapore 2.7%. Moreover, in the past decade, Indonesia's economic growth has been relatively stable at 5% per year and is among the highest in the world along with China, Brazil, India, and South Africa.  However, the question is whether Indonesia's economic growth is enjoyed by most Indonesian people? How is the distribution of economic development growing bigger, both individually and regionally? The answer to the question above does not seem to be encouraging. The trend o...

Leisure Economy: Enjoy Life While Doing Productive Economic Activities

In the last three years, there has been an interesting phenomenon in the consumption patterns of Indonesian society. Public consumption is down, but the Indonesian economy is slowly increasing. The reduction in visitors to retail outlets in Indonesia, ranging from the conventional to the modern indicates that the consumption of Indonesian mass is decreasing. Conventional retail outlets in the Glodok, Tanah Abang, Mangga Dua, Thamrin City and modern retail outlets such as Ramayana, Matahari and Giant are no longer experiencing the glory period experienced a few years ago. Then, where does the Indonesian people's money run to?  The Illusion of E-Commerce in Consumer Product  Many argue that the lack of retail outlets is caused by the proliferation of e-commerce in Indonesia, especially in big cities that provide complete and easy access to technology and information. The emergence of e-commerce in Indonesia, which sells a variety of household goods, such as Bukalapak...