Skip to main content

Diary Ramadhan


Semenjak SMA kelas X, kira-kira Ramadhan tahun 2008, saya sudah membiasakan diri menyiapkan buku diary khusus. Biasanya buku diary ini hanya berbentuk buku tulisan biasa yang isinya rekaman catatan perjalanan saya melewati hari-hari sepanjang Ramadhan, termasuk kegiatan sebelum dan sesudah Ramadhan. Kebiasaan ini berlangsung hingga sekarang. Jadi saya sudah mengoleksi 4 buku diary Ramadhan. Kebanyakan catatan diary diisi dengan perkembangan ibadah, target-target selama Ramadhan dan nuansa Ramadhan yang saya rasakan tahun itu. Membuka kembali diary Ramadhan, seolah-olah kembali ke masa-masa lalu Ramadhan, mengingat setiap kegiatan yang saya lakukan. Alhamdulillah, kebiasaan ini sangat membantu saya mengevaluasi perjalanan Ramadhan dari tahun ke tahun.
Biasanya 2 bulan menjelang Ramadhan tahun sebelumnya untuk melihat bagaimana Ramadhan tahun itu saya jalani, target-target apa yang belum terealisasi serta plus-minus perjalanan Ramadhan. Dari rekaman perjalanan 4 kali Ramadhan yang tercatat dalam diary saya, terlihat bahwa persiapan ruh menjadi faktor yang sangat mempengaruhi kesuksesan Ramadhan saya. Persiapan ruh ini saya lakukan dengan meningkatkan kuantitas ibadah harian seperti tilawah Al Qur'an, shaum sunnah, sholat sunnah, infak, juga aktivitas membersihkan hati dengan mengembalikan barang-barang pinjaman, membayar hutnag, silaturahmi, meminta maaf serta memperbanyak doa yang dianjurkan Rasulullah "Allahumma Baariklana fii Rajaba wa Sya'bana wa ballighnaa Ramadhan"
Alhamdulillah, saya sangat merasakan manfaat menulis diary Ramadhan karena bisa dijadikan bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas Ramadhan tahun berikutnya.

Comments

Popular Post

Tata Guna Lahan Berkelanjutan Untuk Memaksimalkan Dampak Dana Desa

"Pencapai Dana Desa selama ini masih memerlukan penyempurnaan. Tugas kita merencanakan, mengelola, dan mengawal Dana Desa ke depan akan semakin berat." -Sri Mulyani Indrawati Sesuai dengan tujuannya untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan ekonomi yang inklusif dan adil, Indonesia berkomitmen untuk menghindari deforestasi. Karena penyebab deforestasi sering berasal dari kegiatan di luar batas hutan, tidak cukup untuk menyelesaikan deforestasi dengan melakukan aksi-aksi terpisah yang ditujukan untuk kawasan hutan tertentu. Indonesia juga harus bekerja untuk memperkuat ekonomi pedesaan dan meningkatkan kerja sama regional dengan bekerja di berbagai yurisdiksi administratif yang mencakup tata kelola hutan. Untuk memastikan keberhasilan pendekatan yurisdiksi ini, peningkatan kekuatan ekonomi dan pemerintahan desa adalah kuncinya. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah membuat banyak perubahan kebijakan fiskal untuk meningkatkan ekonomi pedes...

Economic Growth in Indonesia: An Assessment

Quality economic growth seems to be a mantra that must be uttered by policymakers and academics in every seminar on economic development in Indonesia. The characteristics of quality economic growth are high, sustainable growth and creating jobs. Based on data from the Economic Outlook for Southeast Asia, China and India 2019: Towards Smart Urban Transportation , it shows that Indonesia's economic growth projection is 5.3%. Higher than Malaysia, which is projected to grow by 4.6%, Thailand 3.7%, and Singapore 2.7%. Moreover, in the past decade, Indonesia's economic growth has been relatively stable at 5% per year and is among the highest in the world along with China, Brazil, India, and South Africa.  However, the question is whether Indonesia's economic growth is enjoyed by most Indonesian people? How is the distribution of economic development growing bigger, both individually and regionally? The answer to the question above does not seem to be encouraging. The trend o...

Leisure Economy: Enjoy Life While Doing Productive Economic Activities

In the last three years, there has been an interesting phenomenon in the consumption patterns of Indonesian society. Public consumption is down, but the Indonesian economy is slowly increasing. The reduction in visitors to retail outlets in Indonesia, ranging from the conventional to the modern indicates that the consumption of Indonesian mass is decreasing. Conventional retail outlets in the Glodok, Tanah Abang, Mangga Dua, Thamrin City and modern retail outlets such as Ramayana, Matahari and Giant are no longer experiencing the glory period experienced a few years ago. Then, where does the Indonesian people's money run to?  The Illusion of E-Commerce in Consumer Product  Many argue that the lack of retail outlets is caused by the proliferation of e-commerce in Indonesia, especially in big cities that provide complete and easy access to technology and information. The emergence of e-commerce in Indonesia, which sells a variety of household goods, such as Bukalapak...