Skip to main content

BABI NGESOT, Datang Tak Diundang, Pulang Tak Berkutang

Gue baru aja beli buku si Kambing , yang judulnya Babi Ngesot : Datang Tak Diundang, Pulang Tak Berkutang.

Hmmm bukunya kocak, masih khasnya si Raditya Dika tapi gue lebih prefer ke Radikus Makankakus lho :D

Gue baca di Group FS nya fans-nya Raditya, kalo disuruh milih diantara kesemua buku yang udah dia tulis, kebanyakan pada milih Kambing Jantan lho.
Kambing Jantan ya... hmmm *mikir* rada jayus sih *kaya lo ga jayus aja pam,hehe*, kocakan Radikus Makankakus, puasss ketawanya.hehehe.



Photobucket



buku ini dapat menyebabkan jantung, hipotensi, gangguan kehamilan dan janin.


Sebenernya dari awal pertama keluar tanggal 25 April 2008 (Jumat), gue udah langsung ngesot ke TGA nyari ni buku. Udah bayangin bakal ngakak-ngakak sendiri, eehh taunya tu buku belon ada. kecewaaaa deh hatikuh.

Tapi Tuhan berpihak lain. Ga sengaja tanggal 27 April 2008 (Minggu), gue ke TGA lagi setelah dari Fatmawati. Taunya tuh buku ada! Yippiee! Abis gue ketemu tu buku, gue langsung ngambil tuh buku dengan gerakan cepet *persis maling*, gue sempet ga percaya. Ohhh benarkah ini bukunya Raditya Dika?

Gue sempet berharap ada kamera tersembunyi, terus tiba-tiba muncul.

Pembawa Acara : "Selamat, kamu masuk acaranya Raditya Dika dan terpilih sebagai pembaca tertampan kategori biografi humor!!"
Gue : "Kyaaaaaa! Kyaaaaaa!! *lari-lari kelilingin TGA*"

Gue, abis ngambil tuh buku, ngeliat sinopsisnya di bagian belakang buku, sambil senyum mesem-mesem (mesum) gitu. Mas-mas TGA yang lagi ngerapiin buku disebelah gue sampe ngeliatin gitu. Ha! Belum tau dia efeknya si Kambing!!

Yang gue suka itu bab waktu dia ketemu setan beneran. Nama babnya, Merinding Disko. Soalnya gue ga percaya setan (tapi kadang tetep aja takut mandi, takut tiba-tiba ada setan *loh berarti percaya dong?*), sampe gue baca tulisannya si Kambing.

Tuh orang aneh banget, sampe setan aja doyan sahabatan sama dia.

Anyway, gue juga beli buku diary di TGA.
FYI, gue udah suka nulis dari gue kelas 3 SD, dan SUMPAH ISI DIARY GUE WAKTU SD NORAK BANGET!!
Kapan-kapan kutipan diary nya bakal gue kasih di blog ini. Sebenernya mau gue kasih dari dulu tapi kunci rahasia buat lemari yang juga rahasia, lupa gue taro dimana. aduh begok banget ya.

Masalahnya diary-diary gue dari gue kecil ada di dalem tu lemari. Ada kali 5 biji diary, dan setelah gue baca ulang, gue ketawa ngakak abis karena isinya khas anak kecil banget.
Belom muna, belom ngerti harus gimana, yang dipikirin adalah apa yang terjadi saat itu. Bukan nanti.

Tapi sempet ada 1 diary yang menyedihkan. Diary waktu gue kelas 6 dan gue sempet cinta mati sama seseorang. Ugh, ga banget deh.
1 buku itu isinya tentang dia. blablabla.
Waktu semester 2 kelas 6, isinya ga jauh-jauh dari dia dan perpisahan. Soalnya kita ga sama SMP nya dan gue stuuuuuuuuck banget waktu itu.

Well but now I was forgot him. Life is (always) must move on. There is something fun outside If you wanna see :)
Itu buku diary gue yang baru. Kebanyakan isinya jelek-jelek. Jelek-jeleknya gue, keluarga gue, temen-temen gue, sekolah gue, semuanya deh!
Soalnya kalo ditulis di blog, ga enak, nanti pihak-pihak (pasti) ada yang merasa tersinggung.

Good night, everybody!! :D
Oh iya, FYI mata + rambut gue coklat jadi dia suka ngatain gue bule-bule gitu. Ia, emang ga jelas.

Vale : "Pam.. kenapa lo ga ikut acaranya Trans aja?"
Gue : "weits.. acara apaan? (udah PD, dikira gue mirip artis sampe pantes masuk tipi)"
Vale : "Itu lho..."
Gue : "Paan?"
Vale : "Bugil!"
Gue : "HAH?!"
Vale : "Bule gila... (tampang inosen)"
Gue : "..."

Comments

Popular Post

Tata Guna Lahan Berkelanjutan Untuk Memaksimalkan Dampak Dana Desa

"Pencapai Dana Desa selama ini masih memerlukan penyempurnaan. Tugas kita merencanakan, mengelola, dan mengawal Dana Desa ke depan akan semakin berat." -Sri Mulyani Indrawati Sesuai dengan tujuannya untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan ekonomi yang inklusif dan adil, Indonesia berkomitmen untuk menghindari deforestasi. Karena penyebab deforestasi sering berasal dari kegiatan di luar batas hutan, tidak cukup untuk menyelesaikan deforestasi dengan melakukan aksi-aksi terpisah yang ditujukan untuk kawasan hutan tertentu. Indonesia juga harus bekerja untuk memperkuat ekonomi pedesaan dan meningkatkan kerja sama regional dengan bekerja di berbagai yurisdiksi administratif yang mencakup tata kelola hutan. Untuk memastikan keberhasilan pendekatan yurisdiksi ini, peningkatan kekuatan ekonomi dan pemerintahan desa adalah kuncinya. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah membuat banyak perubahan kebijakan fiskal untuk meningkatkan ekonomi pedes

Economic Growth in Indonesia: An Assessment

Quality economic growth seems to be a mantra that must be uttered by policymakers and academics in every seminar on economic development in Indonesia. The characteristics of quality economic growth are high, sustainable growth and creating jobs. Based on data from the Economic Outlook for Southeast Asia, China and India 2019: Towards Smart Urban Transportation , it shows that Indonesia's economic growth projection is 5.3%. Higher than Malaysia, which is projected to grow by 4.6%, Thailand 3.7%, and Singapore 2.7%. Moreover, in the past decade, Indonesia's economic growth has been relatively stable at 5% per year and is among the highest in the world along with China, Brazil, India, and South Africa.  However, the question is whether Indonesia's economic growth is enjoyed by most Indonesian people? How is the distribution of economic development growing bigger, both individually and regionally? The answer to the question above does not seem to be encouraging. The trend o

Family Visioneering

Anak adalah buah hati dan harapan masa depan. Anak walaupun tidak jadi kelanjutan orangtuanya dalam profesi bahkan bakat atau kecenderungannya, tetapi anak adalah kelanjutan orangtua paling tidak dalam namanya karena anak dalam menyandang nama orangtua, bahkan anak adalah kelanjutan orangtua dalam sukses yang diraihnya karena sukses seorang anak pada hakikatnya bukan sukses sang anak pribadi, tetapi sukses orangtuanya yang mendidik, mengarahkan. Dan mengembangkan bakatnya. Demikian juga sebaliknya, kegagalan anak dapat dinilai sebagai kegagalan orangtua, karena pada hakikatnya tidak ada anak yang menjadi sumber kesalahan tetapi orantuanyalah yang salah dalam mendidik dan memberi bekal lisan, tulisan atau keteladanan yang keliru.  Hakikat diatas bukan saja diakui oleh penganut teori Tabularasa yang menggambarkan anak sebagai kertas putih yang belum bertuliskan, tetapi agama Islam pun mengakuinya kendati Islam tidak menganut teori itu. Rasul Islam-Nabi Muhammad SAW menegaskan bahw